SEJARAH DESA

Sejarah Desa Lowa

Berdasarkan cerita rakyat atau babad Desa Lowa yang telah diceritakan dari waktu ke waktu secara turun temurun sejak zaman Mataram Islam, pada awalnya, Desa Lowa memiliki nama Desa Lowayu. Kata “Lowayu” memiliki arti pohon Lo yang sudah layu. Akan tetapi, pada zaman penjajahan Jepang, prajurit Jepang kesulitan untuk menyebut “Lowayu” sehingga mereka hanya menyebutnya dengan “Lowa” yang hingga saat ini menjadi nama Desa Lowa. Pada masa pemerintahan Mataram sampai dengan merdekanya Indonesia, Desa Lowa dipimpin oleh seorang demang atau kepala daerah. Setelah Indonesia merdeka, sistem pemerintahan desa pun berubah dan desa dimpimpin oleh seorang Kepala Desa yang dipilih langsung secara demokrasi oleh rakyatnya. Masa-masa pemerintahan Desa Lowa secara kronologis yakni sebagai berikut: Karto (1945-1951), Muh. Ali (1951-1963), Rokhmat (1963-1976), Supadi (1976-1982), Saryo (1982-1991), Abdul Ghani (1991-1998), Rusdi Saleh (1998-2006), Sahroni (2006-2012), Makmuri (2013-2019), Makmuri (2019- sekarang).

Pada tahun 1974-1979 terjadi kekosongan kepemimpinan di Desa Lowa. Untuk mengisi kekosongan tersebut, ditunjuklah Letnan Satu Supadi yang merupakan pejabat dari Koramil Comal untuk memimpin sebagai Kepala Desa Lowa. Kemudianpada tahun 1977, Bapak Ngadi, yang saat itu menjabat sebagai Camat Comal menggagas suatu program yang bertujuan untuk menertibkan pramunikmat yang ada di wilayah Kecamatan Comal dengan membuat suatu komplek perumahan isolasi yang kemudian dialokasikan di Desa Lowa.

Camat Comal, para tokoh agama, dan masyarakat kemudian menyepakati bahwa lokasi yang akan dijadikan tempat lokalisasi yakni bekas kuburan cina (bong cino) yang telah dibongkar dengan syarat hanya untuk kurun waktu 5 (lima) tahun. Dengan berkembang pesatnya pergerakan ekonomi di lingkungan lokalisasi tersebut. warung-warung, pemukiman baru, dan juga kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya ikut serta berkembang yang kemudian melatarbelakangi pemekaran RT baru, yakni RT 09 yang secara administrati merupakan bagian dari RW 04. Meskipun lokalisasi tersebut telah resmi ditutup sejak tahun 2000-an, keberadaannya masih menjadi polemik sosial baik bagi warga Desa Lowa maupun masyarakat.

Desa Lowa memiliki berbagai potensi yang menjadi ciri khas desa yakni di antaranya industri gerabah yang terkenal dengan produk kendi dan genting serta industri konveksi yang terkenal dengan produk kaos dan celana boxer. Berdasarkan cerita para tetua di Desa Lowa, Desa Lowa sudah memproduksi gerabah sejak zaman penjajahan Belanda. Para perajin gerabah mencapai masa kejayaannya pada tahun 1980-an. Hal ini dikarenakan belum maraknya produk-produk dari bahan plastik. Beberapa hasil gerabah yang dibuat di Desa Lowa yakni belanga, periuk, cobek, goleng, dan lain sebagainya. Pada masa itu, hasil gerabah Desa Lowa dipasarkan ke daerah Pekalongan dan Batang. Pada tahun 1985-an produk genteng Lowa bisa

merajai pemasaran pada tingkat Kecamatan Comal hingga luar kecamatan di wilayah Kabupaten Pemalang. Akan tetapi, dikarenakan kalahnya mutu produk Lowa dengan produk pabrikan (Jatiwangi) keberadaan genteng Lowa mejadi sedikit tersisihkan. Untuk menyikapi hal tersebut, pada tahun 1990-an, Abdul Gani, Kepala Desa Lowa yang menjabat pada tahun 1991-1998, mengadakan kerja sama dengan Dinas Perindustrian untuk memberikan pendidikan dan pelatihan kepada para perajin genting mengenai cara-cara dan teknik pembuatan genting pres. Selain diklat, diberikan juga sarana dan prasarana pembuatan genting pres seperti alat dan bahan untuk membuat genting pres dan diadakan studi banding ke daerah produsen genting lain yang telah terbilang sukses.

Sampai sekarang, kegiatan produksi genting di Desa Lowa masih berjalan, namun keberadaannya semakin langka seiring berkembangnya industri konveksi di Desa Lowa. Berbeda halnya dengan industri gerabah, kegiatan industri konveksi di Desa Lowa baru ada pada tahun 2000-an. Hasil produksi konveksi yakni seperti celana, baju, dan celana boxer. Dengan semakin berkembangnya industri konveksi di Desa Lowa, maka semakin banyak lapangan kerja bagi masyarakat desa itu sendiri. Hal inilah yang membuat mayoritas warga desa bekerja sebagai buruh di bidang konveksi. Akan tetapi industri gerabah dan konveksi ini kerap saling bersinggungan. Hal ini dikarenakan generasi muda yang lebih tertarik untuk bekerja di industri konveksi karena dinilai lebih mudah dan modern yang menyebabkan berkurangnya produsen gerabah di Desa Lowa.

 

Sejarah Pemerintahan Desa Lowa

         Secara lebih terperinci, dibawah ini adalah Sejarah Pimpinan Pemerintahan Desa Lowa sampai sekarang telah berganti sebanyak 10 (sepuluh) kali tampuk pemerintahan sebagai berikut :

No.         Nama Kepala Desa                 Masa Bhakti

1             Karto                                     1945 – 1951

2             Muchali                                1951 – 1963

3             Rokhmat                              1963 – 1976

4             Supadi                                  1976 – 1982

5             Saryo                                     1982 – 1991

6             Abdul Ghani                        1991 – 1998

7             Rusdi Saleh                          1998 – 2006

8             Sahroni                                 2006 – 2012

9             Makmuri                              2013 – 2019

10           Makmuri                              2019 – Sekarang